Pages

6 hal yang diam-diam merusak kulit



Ilustrasi oleh Thinkstokphotos

Siapa sangka sering berlama-lama menelepon pacar atau meninggalkan kacamata saat mata minus ternyata bisa merusak kulit kita? Agar tak menyesal di kemudian hari, hentikan enam kebiasaan buruk berikut ini.

1. Bertelepon terlalu lama
Ponsel kita biasa ditaruh di dalam tas (yang bagian dalamnya pasti penuh debu), di atas meja, atau di tempat-tempat lain yang tidak steril. Menelepon berlama-lama menyebabkan kulit pipi bersentuhan dengan ponsel yang penuh bakteri tersebut. Pastikan Anda menyimpan tissue basah antibakteri untuk mengelap ponsel sebelum Anda menggunakannya.

2. Mengabaikan kacamata
Tulisan di kejauhan sudah mulai tak terbaca, tapi Anda masih saja tak mau memakai kacamata? Atau softlens yang biasa Anda pakai mungkin sudah tak akurat lagi karena minus mata sudah bertambah? Jika diabaikan, secara tak sadar Anda akan sering menyipitkan mata saat membaca. Efeknya, kulit cepat berkerut dan terlihat tua.

3. Hairspray
Banyak yang menganggap melindungi wajah dengan tangan saat menyemprot rambut dengan hairspray sudah cukup. Padahal partikel dari hairspray tetap bisa melewati celah-celah tangan dan menempel di wajah. Lain kali, tutupi wajah Anda dengan sehelai handuk bersih saat menyemprotkan hairspray.

4. Malas mengganti sarung bantal
Saat kita tidur, sel kulit mati di wajah akan luluh dan menempel di sarung bantal. Sel mati yang menumpuk itu lama-lama akan berubah menjadi bakteri dan racun. Jadi jika Anda malas mengganti sarung bantal, setiap malam Anda akan tidur di tumpukan bakteri. Hiiii...

5. Terlalu sering mandi air panas
Mandi air panas memang nikmat. Tapi jika dilakukan terlalu sering dan dengan durasi terlalu lama, lapisan luar epidermis akan terkikis dan kulit Anda akan jadi sangat kering.

6. Kacamata hitam berukuran besar
Kacamata hitam model ini adalah favorit para wanita. Tapi mereka seringkali lupa membersihkan kacamata tersebut sebelum memakainya. Padahal kacamata pastilah tidak steril, sementara ia akan menyentuh ujung hidung dan pipi kita selama kita memakainya.

sumber
READ MORE...

Make up yang tak bisa wanita tinggalkan



Ilustrasi oleh Thinkstokphotos

Ada yang tak bisa hidup tanpa lipstik, ada yang tak bisa keluar rumah tanpa bedak, ada yang malah tak pernah memakai kosmetik sama sekali. Tapi, alat make up apa sih yang tak bisa ditinggalkan oleh mayoritas wanita?

Masing-masing wanita pasti mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam hal perawatan kecantikan. Untuk mengetahui lebih jauh tentang kebiasaan ini, sebuah perusahaan kosmetik menggelar survey kepada 300 wanita di Amerika Serikat dan 300 wanita di Perancis. Mereka diberi satu pertanyaan yang sederhana tapi sulit: alat makeup apa yang tak bisa kamu tinggalkan?

Jawaban yang didapat dari responden di Amerika dan Perancis ternyata berbeda. Sebagian besar wanita Amerika ternyata mengaku tak bisa keluar rumah tanpa menggunakan foundation atau concealer, sedangkan wanita Perancis tak bisa lepas dari maskara mereka.

Berikut ini hasil survey lengkap untuk wanita-wanita di Amerika Serikat:

25% - concealer/foundation
22% - lipstik/lipgloss
22% - tak memakai kosmetik sama sekali
16% - maskara
7% - sunscreen
2% - blush on
2% - pensil alis
1% - eyeshadow
1% - eyeliner
1% - body lotion
1% - lainnya

Bagaimana dengan Anda? Jika Anda diminta beraktivitas seharian hanya menggunakan satu jenis makeup, apa yang akan Anda pilih?



sumber
READ MORE...

Bahaya terlalu lama duduk



Ilustrasi: Thinkstock

Anda yang memiliki gaya hidup kurang aktif sebaiknya mulai waspada sejak dini. Karena hasil penelitian menunjukkan, gaya hidup kurang aktif atau sedentari dapat meningkatkan risiko mengidap penyakit kronis meskipun Anda telah meluangkan waktu untuk berolahraga.

"Jika orang-orang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk, meski telah berolahraga secara rutin, mereka tetap berisiko tinggi terkena penyakit kronis. Jika mereka mau menambah gerakan dalam rutinitasnya sepanjang hari, mereka akan merasa lebih baik dan terhindar dari masalah kesehatan," ujar John Thyfault, asisten profesor nutrisi dan fisiologi dari Universitas Missouri.

Dalam penelitian terbaru, Thyfault dan timnya menemukan bahwa mereka yang gaya hidupnya berubah dari level aktivitas tinggi (lebih dari 10.000 langkah setiap hari) menjadi tidak aktif (kurang dari 5.000 langkah per hari) berisiko lebih tinggi mengidap diabetes tipe 2.

Menurut Thyfault, aktivitas yang menuntut seseorang jarang duduk seperti tak terlihat pengaruhnya terhadap seseorang. Tetapi, dalam jangka panjang hal itu dapat mencegah kenaikan berat badan.
Dalam sebuah artikel terbaru yang dipublikasikan Journal of Applied Physiology, para peneliti berpendapat, gaya hidup kurang aktif merupakan penyebab utama penyakit kronis, seperti diabetes, obesitas, juga penyakit perlemakan hati. Berolahraga secara teratur pun mungkin belum cukup bagi mereka yang banyak duduk untuk menekan risiko penyakit ini.

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa menghabiskan sebagian besar waktu dengan duduk dapat memicu risiko kematian.
"Setiap orang harus mencoba mengambil paling tidak 10.000 langkah setiap hari. Tak perlu dilakukan sekaligus, tapi melakukan 500 hingga 1.000 langkah setiap beberapa jam sudah terbilang bagus," ujar Scott Rector, asisten profesor nutrisi dan olahraga fisiologi dari Universitas Missouri.

Perubahan kecil dapat meningkatkan jumlah langkah orang-orang dalam kegiatan rutin mereka.
"Cobalah untuk menggunakan tangga dibanding dengan elevator, berjalan menuju meja teman kantor dibandingkan dengan memanggil mereka, atau meluangkan sedikit waktu untuk Anda sedikit berjalan-jalan sepanjang hari," tambahnya.


sumber
READ MORE...

Puasa dan bekerja keras



Thinkstock

Ustad yang dirahmati Allah, saya mempunyai seorang tetangga yang bekerja sebagai buruh bangunan. Dia seorang Muslim. Namun tidak pernah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Ketika ditanya alasannya kenapa enggan berpuasa, dia menjawab tidak kuat dan tidak mampu karena pekerjaannya berat. Dalam kondisi tidak berpuasa saja ia mengaku berat melakukan tugasnya, apalagi dalam keadaan puasa.

Yang ingin saya tanyakan, bagaimana hukum meninggalkan puasa di bulan Ramadan dengan uzur tak mampu berpuasa karena beratnya pekerjaan? Lantas apa pula konsekuensi yang harus ia terima, apakah mengganti puasa atau denda?

Atas jawaban ustad, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Abdul Majid
Batu Ceper, Tangerang, Banten

Jawaban:

Wassalamu'alaikum wr.wb,
Pak Abdul Majid, Jazakumullah Khairan atas doanya dan semoga bapak juga dirahmati Allah dan membalas kebaikan bapak yang sangat peduli dengan dakwah dan Muslim, khususnya tetangga bapak yang masih merasa berat menjalankan ibadah puasa.

Puasa Ramadan adalah ibadah yang nilainya sangat tinggi karena Allah sendiri yang menganugerahkan balasannya. Sehingga bila tidak menjalankannya berarti orang kehilangan keutamaan yang besar.
Ia merupakan kewajiban atas setiap Muslim yang mukallaf, kecuali ia sakit atau musafir atau semakna dengan salah satu dari keduanya yang diberi Rukhshah (keringanan) untuk berbuka. Namun wajib mengqadhanya (menggantinya) di hari yang lain.

Pekerja keras bukan termasuk dalam kategori orang yang diringankan untuk berbuka puasa. Berat atau ringannya pekerjaan bukan sebab yang meringankan orang untuk berbuka.
Pekerja keras bila merasa berat menjalankan puasa, agar berusaha mencari pekerjaan lain yang memungkinkannya berpuasa dan mencari nafkah sekaligus atau waktu kerjanya dialihkan ke malam hari.
Bila ia tidak menemukan pekerjaan ringan sedangkan ia wajib menafkahi dirinya dan keluarganya, maka ia harus mencoba dulu berpuasa dan wajib berniat puasa sejak malam hari, kemudian bekerja seperti biasa dalam kondisi berpuasa.

Bersahurlah dengan porsi makanan yang menguatkan dan menjaga stamina tubuh. Ketika ia mengalami kesulitan dan benar-benar tidak mampu melanjutkan puasa dengan isyarat tanda-tanda awal yang muncul pada fisiknya, seperti lemas sekali dan kehilangan tenaga, pada kondisi demikian ia boleh berbuka, namun wajib mengqadhanya di hari lain.

Dalam kondisi tetap kuat berpuasa dan tidak mengalami kesulitan, maka wajib atasnya untuk meneruskan dan menyempurnakan puasanya hingga tenggelam matahari.


sumber
READ MORE...

Beramal bukan cuma di bulan puasa



Thinkstock

Selama Ramadan tingkat beramal masyarakat sangat tinggi. Sayangnya kecenderungan itu menurun saat 11 bulan berikutnya. "Ini yang jadi masalah," kata President Direktur, Dompet Dhuafa, Ismail Agus Said, kepada Republika.

Ia mengatakan beramal kepada sesama tidak perlu menunggu bulan suci Ramadan. Sebab beramal atau berbagi bisa dilakukan kapan pun.

Menurut Ismail kecenderungan itu tidak salah. Tapi akan lebih baik apabila aktivitas sosial tidak perlu menunggu Ramadan tiba. Dengan demikian mereka yang berhak dapat segera terbantu. "Saya pikir, lantaranan pahalanya lebih besar, maka masyarakat lebih memilih beramal saat Ramadan," imbuhnya.

Salah satu solusinya ialah Lembaga Amal dan Zakat (LAZ) agar lebih aktif lagi dalam mengajak masyarakat. Misalnya dengan selalu mengedepankan program yang sedang berjalan lalu diberitahukan kepada para donatur untuk turut menyumbang. "Para donatur kita kan masih pasif, jadi LAZ harus lebih aktif lagi menarik masyarakat untuk beramal," jelasnya.

Sementara itu sampai hari ke 10 Ramadan, Dompet Dhuafa telah menjalin kerjasama dengan 10 perusahan nasional untuk menyalurkan bantuan kepada mereka yang berhak. Kondisi itu serupa dengan Ramadan tahun lalu. "Selama Ramadan pasti kita sibuk, apalagi banyak perusahaan yang hendak menyalurkan bantuan," urainya.

Bantuan yang diberikan cukup bervariasi. Mereka ada yang memberi bantuan tunai dan makanan. Namun yang paling banyak diminta adalah buka bersama anak yatim piatu.

Untuk Ramadan kali ini, Dompet Dhuafa menargetkan penyaluran bantuan senilai Rp 60 miliar. Setiap bantuan yang diberikan akan disesuaikan dengan sasaran secara merata. "Tahun lalu saja bisa Rp 220 miliar. Artinya apa, masyarakat mulai giat beramal. Tapi yaitu tadi diharapkan jangan di bulan Ramadan saja," pungkasnya.


sumber
READ MORE...

Efek puasa ke otak manusia



Thinkstock

Ada anggapan berpuasa membuat orang lemas hingga orang berpuasa akan semakin malas berpikir atau dengan kata lain membuat orang semakin bodoh. Namun ternyata fakta itu tidak benar.

Menurut Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara, Prof Ahmad Fadil berpuasa sebenarnya membuat seseorang semakin cerdas. Hal itu diungkapkannya saat memberikan tausiyah pada acara buka puasa bersama di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Jalan AH Nasution, Medan belum lama ini.

Menurut Ahmad Fadil, berdasarkan hasil penelitian, orang lapar orang lebih cerdas dibanding orang yang tidak lapar. "Itu mengapa orang yang tinggal di negerinya sendiri tidak lebih sukses dibanding yang merantau," ujarnya.

Bagi perantau tantangan hidupnya lebih besar. Pada saat banyak tantangannya, otak akan bekerja lebih keras dan akan menjadi lebih cerdas. "Sehingga salah kalau berpendapat kalau puasa makin bodoh, sebenarnya kenyanglah yang membuat orang jadi bodoh, karena cenderung malas," ungkapnya.

Ia pun mengajak para jamaah buka puasa bersama untuk lebih memaksimalkan akalnya pada saat berpuasa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Serta berharap puasa yang hanya tersisa dua puluh hari lagi tidak disia-siakan.


sumber
READ MORE...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...