Presiden Direktur Toyota Motor Corp, Akio Toyoda, punya hubungan
khusus dengan mobil Toyota Kijang yang legendaris di Indonesia. Rupanya,
ketika Toyota memutuskan untuk memproduksi jenis Kijang, adalah Toyoda
yang bertanggungjawab atas proyek ini.
"karena itu kijang Innova menempati posisi spesial di hati saya," kata Toyoda di kantor Wapres, Selasa.
Kijang Buaya
Dalam
sejarahnya, Toyota Kijang sudah mondar-mandir di jalanan Indonesia
sejak 1977. ketika itu Kijang yang pertama berbentuk mobil bak terbuka
yang sederhana. Engsel pintunya bahkan tampak di sisi luar. Jendela
mobil bahkan dari terpal dan ditutup plastik. Mobil awal ini
diberi mesin tipe 3K berkkuatan 1.200 CC dengan empat transmisi. Ada
julukan pula bagi mobil ini. Karena hidungnya atau kap mesinnya yang
unik, yaitu dibuka ke samping, maka ia disebut Kijang Buaya. Angka
penjualannya mencapai 26.806 unit.
Kijang Doyok
Empat
tahun kemudian Toyota mengeluarkan versi terbaru dari Kijang Buaya.
Mobilnya mengalami beberapa perubahan. Engsel pintu yang mirip engsel
pintu rumah yang di dalam, kap mesinnya tak lagi membuka ke samping tapi
ke atas, serta adanya grill dan permukaan pintu yang serupa dengan body
mobil. Mesinnya meningkat menjadi 1.300 ccKijang ini kemudian disebut 'Kijang Doyok'. Kabarnya kata 'Doyok' mengambil dari komik populer di koran ibukota waktu itu.
Pada
1982, generasi kedua ini mengalami penyempurnaan dengan penambahan
kunci pintu kanan. Tahun 1983, transmisi dan differential-nya
disempurnakan, sekaligus dilakukan penambahan booster untuk sistem
pengereman. Gril dan bumper bagian depan diubah dengan tampilan yang
lebih menarik.
Perubahan masif terjadi pada 1985. Ketika Toyota
menelurkan Toyota mesin 5K dengan kapasitas 1.500 cc. Meskipun kapasitas
silinder yang dimilikinya lebih besar, ternyata konsumsi bahan bakarnya
masih lebih hemat sekitar lima persen dibandingkan tipe sebelumnya.
Dalam lima tahun produksinya, Kijang ini laris manis di pasaran. Tercatat ia terjual 100 ribu unit lebih.
Kijang Super dan Grand
Setahun
setelah perubahan di bagian mesin, Toyota merubah total eksteriornya.
Mereka memperkenalkan teknologi Full Pressed Body. Teknologi ini bisa
mengurangi bobot kendaraan dua sampai lima kilogram. Di era
Kijang Super inilah diperkenalkan varian Kijang Pendek dan Kijang
Panjang. Toyota juga membuat varian transmisi, dari empat transmisi
menjadi lima transmisi.
Pada 1992, Toyota menelurkan generasi
Kijang Mewah, Kijang Grand. Dari sisi body, mobil ini menggunakan
teknologi sedan, yaitu mesin press berkekuataan besar. Body-nya diklaim
bebas dempul dan disamakan dengan produksi sedan.
Eksterior Kijang Grand pun makin manis. Dengan lampu depan baru,
grill, dan bumper belakang. Interiornya, selain mengubah bentuk
dashboard , Toyota juga menambahkan AC double blower untuk tipe Grand
Extra. Kijang generasi ketiga ini berhasil membukukan angka penjualan
sebanyak 492.123 unit.
Kijang Kapsul
Januari 1997, wajah Kijang kembali berubah. Kali ini total.
Sebutannya pun jadi Kijang kapsul karena lekuk tubuhnya yang lebih
aerodinamis.
Untuk chasis long tipe Deluxe dan Grand, tempat duduk bagian belakang
menghadap ke depan dan bisa dilipat, sehingga menambah kenyamanan
penumpang. Dashboard-nya juga mengalami perubahan total.
Pada
Februari 2000, dilakukan penyegaran tampilan eksterior dan interior,
yang meliputi perubahan pada lampu, bumper dan dashboard-nya.
Kijang
EFI berkapasitas 2.000 cc diluncurkan pada bulan September 2000, dengan
mesin bertipe baru, 1RZ-E untuk variant Grand dan Krista, sebagai
tambahan tipe K yang selama 20 tahun telah diakui kehandalannya.
Penjualan Kijang generasi keempat ini telah mencapai angka 269.226 unit.
Innova
Pada 2005, Kijang kembali berubah. Dengan mengusung konsep kendaraan
untuk pasar menengah, mereka memperkenalkan Kijang Innova. Kendaran ini
dilempar pula ke negara lain dengan nama 'Innova'. Bentuknya jauh lebih
aerodinamis dan futuristik. Dengan lekukan halus di seluruh bodynya.
Generasi ini mencangkokkan mesin VVT-i 2.000 cc berkatup 16 DOHC. Ini
memberi tenaga yang jauh lebih besar daripada Kijang generasi
sebelumnya.
sumber