"Anak saya tidak boleh sekolah lagi. Ketika diumumkan di lapangan upacara, memang tidak langsung menyebutkan nama anak saya. Tapi selesai upacara anak saya tidak boleh masuk kelas," kata ibu kandung ASS, Rauden Gultom, kepada wartawan, Senin, 8 Oktober 2012.
Padahal, hari ini adalah pertama kalinya siswi itu menginjakkan kaki di sekolah lagi. Sebelumnya dia diculik sopir angkot D03 jurusan Parung-Depok pada 23-30 September 2012. Menurut Rauden, sekolah tidak menerima ASS karena dianggap telah mempermalukan dan tidak menjaga nama baik sekolah. "Anak saya hanya nangis-nangis di depan kelas," katanya.
Rauden mengaku tidak terima dengan perlakuan ini. Sebab, sekolah tidak menghargai ASS sebagai korban. Apalagi, ketika ASS masuk kelas, dia disuruh keluar lagi dan membawa tas.
"Sebelumnya dia hubungi saya melalui telepon temannya kalau saya dipanggil kepala yayasan," katanya. Tapi ketika Rauden mendatangi kepala yayasan ternyata tak ada respon. Rauden pun menghampiri anaknya yang sedang menangis di depan kelas.
"Tapi yayasan tidak kasih anak saya sekolah lagi. Saya tidak terima," kata dia. Atas kejadian ini, Rauden berencana akan melaporkan ke Komisi Nasional Perlindungan Anak.
ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, mengatakan sudah mendengar cerita itu dari Rauden. "Sangat disesalkan kejadian ini," katanya. Perlakuan yang diterima ASS, kata Arist, sangat tidak adil. "Dia sudah menjadi korban, tapi masih mendapat perlakuan demikian dari sekolah."
Sampai saat ini pihak sekolah belum bisa dimintai keterangan soal kejadian ini. Sebelumnya, ASS diculik dan diperkosa di Parung dan Ciseeng, Bogor, sebanyak tiga kali. Kasus ini kini ditangani Kepolisian Bogor.