Masa-masa menjelang akhir tahun seperti sekarang memang paling enak dipakai buat berkhayal soal bonus alias pendapatan tambahan. Beberapa orang sudah mulai memikirkan bonus akhir tahun bakal dipakai buat beli apa.
Tetapi berhati-hatilah dalam membelanjakan bonus (apalagi dipakai foya-foya). Bonus kodratnya adalah pendapatan sementara. Adapun pendapatan yang relatif bisa dibawa pulang tiap bulan secara pasti disebut pendapatan tetap.
Perlu diingat, setiap pendapatan selalu ada jatah untuk konsumsi dan tabungan. Jadi berapa besaran yang bisa dipakai buat konsumsi? Dalam menentukannya, harus mempertimbangkan masa akan datang, bukan hanya di saat menerima bonus.
Sejatinya, tidak ada orang yang ingin tingkat kesejahteraan atau kemampuan konsumsinya menurun. Karena itu, jangan hadapi masa depan dengan kantong kurus. Bijaklah memperlakukan pendapatan!
Berikut ini adalah simulasi berapa besaran yang sebaiknya dibelanjakan untuk konsumsi. Simulasi ini dibuat dengan mengabaikan faktor suku bunga, inflasi, serta penyesuaian pendapatan terhadap inflasi.
Asumsinya: Anda saat ini berusia 25 tahun dan mendapat penghasilan tetap Rp 5 juta sebulan (atau Rp 65 juta per tahun termasuk THR). Anda akan pensiun pada umur 55 tahun, serta hidup hingga umur 80. Tahun ini kantor Anda memberi bonus sebesar satu bulan gaji atau Rp 5 juta.
Dengan asumsi di atas, bisa dihitung berapa sebenarnya yang layak kita keluarkan untuk konsumsi.
Pertama, hitung dulu pendapatan yang sudah pasti Anda dapat, yaitu Rp 65 juta setahun, dengan masa produktif atau bekerja selama 30 tahun. Berarti, pendapatan tetap sepanjang hidup Anda adalah Rp 65 juta dikali 30. Hasilnya: Rp 1.950.000.000.
Kedua, ingatlah bahwa Anda masih akan hidup selama 55 tahun lagi dari sekarang. Jadi total pendapatan Rp 1.950.000.000 tadi harus dibagi 55. Hasilnya: Rp 35.454.545. Inilah jumlah yang Anda bisa belanjakan dalam setahun.
Ketiga, kita terapkan perlakuan serupa terhadap bonus (karena merupakan pendapatan sementara). Rp 5 juta dibagi 55 hasilnya kira-kira Rp 90 ribu.
Keempat, tambahkan besaran konsumsi dari bonus ke besaran konsumsi dari pendapatan. Atau, Rp 90 ribuan ditambah Rp 35.454.545. Nah, inilah besaran yang boleh Anda belanjakan untuk konsumsi!
Sisanya merupakan jatah tabungan untuk masa pensiun. Model simulasi ini memang mengharapkan kita mampu menekan hasrat konsumsi, demi menjaga kualitas kesejahteraan di masa yang akan datang.
Jangan sampai, gara-gara tidak bijak memperlakukan pendapatan, Anda terkena kutukan teori bahwa perilaku konsumsi saat ini dipengaruhi oleh konsumsi masa lalu. Ibaratnya, sudah terbiasa minum kopi sajian dan racikan impor jadi malas minum kopi tubruk di warung-warung ala kadarnya. Padahal, bonus hanya sekali datang. Waduh.
sumber