Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm... mungkin ada benarnya kalo melihat persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis imut teman sekelasku sewaktu kuliah.
Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah. sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm... dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku.
Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia kerumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Iya, orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet, dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung.
Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong. "Wah, pada kemana nih ??" kataku ke Lia. "Telepon aja yan !" kata Lia padaku.
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku. "Ma.. Ada dimana ?" tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung. "Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu" jawab mamaku lewat telpon. Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain. "Kalo kamu mo masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia" suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku. "Ya udah deh, aku ambil ke tante erni". Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni.
Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
"Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar" kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia. "Oke deh" jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga.
Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya, kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.
Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. He..he..he.. aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar . Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
"Lagi nonton apa ?" tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga. "He..he..he.. gosip !" tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton, seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
"Yan, aku kekamar kecil dulu ya" katanya dan segera bangkit. Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku.
Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
"Rambut kamu bagus" kataku memecah keheningan. Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv.
Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya.
Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku.
Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya. "Clop..clop..clop..." suara sedotan-sedotan ciuman kami. Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.
Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan. "Hmmm..." lenguhnya agak marah. Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata....... Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya.
Atas "izinnya" itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian.
Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm... kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini. Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya. "Akh...Akh..Akh..." lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
"Sebentar yan..." lia bangkit, kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Aku mengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara liat yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.
Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya. "Akhhh... Akh...Akh..." lenguhan Lia makin keras. Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan.
Nafsuku sudah naik diubun-ubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan.
Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya.
Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung.
Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia.
Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan "Ahh.. Ahh.. Ah...". Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu.
Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia, "Akhhhhh.. Akh... Akhh.." Lia makin mengelinjang. Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
"Aduh !!!" teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku "Plak !!". Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
"Rian kamu jahat !!!" pekiknya kemudian mulai menangis.
"Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau" kilahku.
"Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini" katanya sambil menangis.
"Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu" jawabku.
Lia menutup mukanya sambil menangis. Hmmn.... aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.
Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata "Ayo kita pulang..". Dia mengatakan itu dengan muka marah. Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas.
Sepanjang perjalanan Lia hanya terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar.
-----------------------------------------------------------------
Di puncak pass, aku berhenti.
"Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan" ajakku ke Lia. Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
"Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya.... Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang" kataku ke Lia. Lia hanya terdiam.
Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis... aku lapar sekali.
"Lia.... aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya" kataku. Lia memandangku tajam. "Maaf ya..." ulangku. Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil "Iya aku maafin......". Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. "Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya" kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya.
Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak. "Lia, ada masalah lagi ?" tanyaku. Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan..
"Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi...."
Aku sungguh terkejut. "Apa ???" tanyaku tercengang.
"Ya udah kalo gak mau" katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ.
Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
"Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu" kataku di telinganya.
"Aku juga sayang kamu Rian" jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya. "Hmnmm.. Hmmm.." lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai.
Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya.
Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh.
Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya. "Agh,.. agh.... aghk..." lenguhnya merespon sedotanku. Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm... dia tersenyum dengan keadaan bugil !
Aku naik keatas untuk menciumnya lagi, tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku. "Yan buka dong, masa aku aja" katanya. Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku.
Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa. "Mau apa ?" katanya menggoda. "he..he..he.." tawaku, tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu.
Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya. "ehhh...ehh..." lenguh tertahan Lia pelan.
"Lia... aku masukin ya.." pintaku lembut. Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya. "Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok" kataku menenangkan dia yang terlihat gugup. "Pelan-pelan ya Yan.." katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku. "aaaakh..." rintih Lia "sakit yan'. Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam. "sakiiiiitt....." rintih Lia pelan. Hmmm sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup.
Akhirnya aku dorong kuat. "AKHHHH..." teriak Lia. "Sakit Yan....". Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar "Ah...ah...ahhh...".
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah. "Akh...akh.." lenguh Lia yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya.
Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit. "aaa... Rian mo kemana ?" kata Lia sambil memelukku erat. Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela. "Ganti posisi ya biar enak" kataku. "Gini aja yan, aku pengen dipeluk...please..." katanya memohon. Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya. Hmm... mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang, maklum kan ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali "Rian mo kemana ?" katanya lagi dengan nada lebih tinggi. Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku. "Lia... ikut goyang ya, biar enak" kataku ke Lia. Lia mulai menggoyang pinggulnya. "Enak yan...." katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang. He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau.
Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri
Tak lama Lia ambruk ke dadaku. "Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget" katanya ngos-ngosan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali. "Hgh..Hgh..Hgh...." lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat "AKHHHHH....." pekiknya. Lia mencapai orgasme pertamanya.
Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
"Rian aku udah..." katanya pelan. Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting... . "Sedikit lagi ya Lia..." pintaku halus. Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. He..he..he.. kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
"He..he..he.. lucu.." tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya. "Wah.... " kataku. "Ya udah kita bersihin dulu yuk" ajakku ke kamar madi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
"Rian...." panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
"Ya sayang...?" jawabku.
"Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku" katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata "Tentu aja sayang..." kemudian aku mengecup keningnya.
Tamat
sumber