Nama saya Azura. Saya seorang gadis berumur 20 tahun. Saya bekerja di sebuah "cyber cafe" di sekitar Ipoh. Saya mempunyai kesukaan yang jarang disukai oleh gadis-gadis di Malaysia. Saya suka tubuh badan saya diperhatikan orang. Terutamanya bagian dada saya. Tapi bukan dalam keadaan bugil. Saya berkulit putih dan berambut lurus paras bahu. Tinggi saya 5 kaki lebih dan berat 45 kg. Potongan badan saya pula ialah 36/25/32. Tapi ini adalah sekarang, dulu tubuh saya tidak begini.
Semasa saya masuk ke sekolah menengah, badan saya sungguh kurus. Macam dahan pohon. Saya senantiasa merasa cemburu melihat kawan-kawan saya yang mempunyai potongan badan yang menarik. Saya memiliki keinginan untuk memiliki tubuh yang indah tetap ada. Namun lama-kelamaan pertumbuhan badan saya mulai berkembang. Saya merasa sungguh gembira dengan perubahan diri saya. Tapi tak ada dari kawan-kawan saya yang menyadarinya karena setiap kali ke sekolah saya memakai baju kurung yang menutup bagian dada saya yang berukuran 36B. Pada suatu hari, saya telah tidur di rumah kawan saya yaitu Liza. Dan keesokkan harinya kawan saya mengajak saya keluar berjalan-jalan di kota. Saya setuju saja. Saya hanya t-shirt serta jeans manakala kawan saya memakai baju "bodyshape" warna hitam serta jeans biru (Liza tidak memakai tudung). Baju tersebut menampakkan bentuk tubuh kawan saya walaupun bajunya tidak ketat. Dan bila kami berjalan di kota, saya lihat banyak mata lelaki yang tertumpu pada kawan saya. Saya lihat kawan saya tersenyum bangga.
Kebetulan saya mempunyai uang di dalam dompet saya. Lantas saya mengajak kawan saya untuk membeli baju bodyshape untuk saya. Saya beli dua. Warna hitam dan biru. Sekembalinya saya ke rumah saya, saya terus mencoba kedua-dua baju tersebut. Gembira hati saya. Walaupun baju tersebut tidak terlalu ketat, namun hal itu tetap terlihat tonjolan di bagian dada saya. Dan pada hari Sabtu yang berikutnya, saya berencana hendak ke kota dengan memakai baju bodyshape tersebut. Saya pun memakai baju tersebut. Sewaktu tiba di rumah Liza, dia berkata bahwa saya tampak kolot. Bila saya menatap diri saya di cermin, saya tahu kini bagian dada saya tersembul. Dan kami pun ke kota. Kini ramai lelaki yang bertumpu kepada saya pula. Kebanyakan dari mereka memperhatikan dada saya. Saya mula merasa bangga.
Setelah akhir tingkat 5, saya dan Liza bekerja di sebuah cyber cafe kepunyaan kakaknya Liza. Tapi kakak Liza yang mengendalikan cyber cafe tersebut. Saya lihat setiap kali apabila kakak Liza tiba di cyber cafe tersebut, pakaiannya sungguh seksi. Dia sentiasa memakai skirt pendek dan bajunya terbelah di dada. Walaupun ukuran buah dadanya kecil dibanding adiknya, namun disebabkan besar kolar bajunya, alur dadanya tetap tampak. Satu hari ketika saya, Liza dan kakaknya sedang berbincang, kakak Liza menyarankan Liza datang kerja besok berpakaian seksi seperti saya. Alasannya supaya dapat menarik lebih ramai pelanggan. Bagi Liza itu bukan satu masalah. Cuma bagi saya dianya satu masalah. Saya menyatakan yang saya tidak dapat berbuat demikian karena image saya. Liza menyatakan bahwa saya mempunyai ukuran dan bentuk buah dada yang sungguh cantik, tetapi sayangnya saya hanya diperlihatkan di balik baju saya. Akhirnya saya setuju dengan permintaan mereka. Lantas kakak Liza menyerahkan kepada saya 2 helai baju bodyshape yang baru.
Keesokkan paginya saya bersiap untuk ke cyber cafe dengan baju yang diberi oleh kakak Liza. Tersenyum saya sendirian di depan cermin apabila melihatkan baju tersebut begitu ketat menyebabkan dada saya begitu menonjol. Dan disebabkan potongan lehernya yang begitu terbuka, maka terlihat alur buah dada saya yang terbentuk indah akibat keketatan baju tersebut. Tapi saya tahu ibu akan mengamuk jika melihat saya berpakaian begini. Jadi saya biarkan saja ujungnya menutup dada saya. Sebaik saja saya sampai di cyber cafe, saya pun melilitkan rambut saya ke belakang. Dan saya bekerja seperti biasa. Kini satu keseronokkan baru yang saya alami. Cyber cafe tersebut bertambah pelanggannya. Kebanyakkannya ialah lelaki. Saya dapati mereka lebih seronok memperhatikan saya daripada surfing internet. Ada juga yang sengaja datang ke counter tempat saya duduk dan berpura-pura mencari-cari CD-ROM. Tapi saya tahu mata mereka lebih cenderung memperhatikan dada saya.
Pada suatu ketika saya dengan sengaja menjatuhkan pen saya ke lantai. Tujuannya ialah, apabila saya tunduk untuk mengambil pen tersebut, lelaki yang memperhatikan saya akan dapat menikmati keindahan alur buah dada saya yang lebih terbelah daripada saat ketika saya duduk atau berdiri. Liza menyatakan saya kini adalah aset berharga pada cyber cafe kakaknya. Dan jika ada lelaki yang mempunyai masalah dengan komputernya, saya akan pergi kepada lelaki tersebut yang semestinya sedang duduk di depan komputer. Saya akan berdiri menghadapnya, kemudian apabila lelaki tersebut menyatakan masalah komputernya, saya akan tunduk untuk mendengar. Sudah pasti lelaki tersebut dapat menatap alur buah dada saya secara dekat. Dan sepanjang waktu saya membetulkan masalah komputer lelaki itu, saya akan melakukannya dalam keadaan tunduk dan saya arahkan dada saya ke arah lelaki tersebut manakala punggung saya, saya arahkan kepada orang di sebelah. Ketika ini juga saya sudah mulai gemar memakai baju luaran yang ketat.
Bila dapat uang gaji, saya belikan beberapa helai lagi baju "bodyshape" yang baru. Kali ini lebih ketat dan bagian dadanya lebih luas. Saya juga mula menyukai push-up bra. Walaupun buah dada saya memang besar, tapi saya suka memakai push-up bra ini karena mampu membuat buah dada saya tampak lebih menonjol. Dan seperti biasa saya dan Liza keluar ke kota. Saya memakai luaran "slack" yang sendat serta baju "bodyshape" warna putih yang sungguh ketat dan jarang sehingga menampakkan push-up bra yang saya pakai di dalam. Bila sampai di rumah Liza baru saya melilitnya ke belakang. Di kota saya menjadi tumpuan ramai lelaki. Kesemuanya terbelalak biji matanya melihat saya, terutamanya bagian dada saya. Mana potongan kerah baju saya begitu terbuka, sehingga memperlihatkan setengah dari buah dada saya. Ditambah pula dengan kepadatannya akibat kesan dari pemakaian push-up bra. Ketika ini saya dengan sengaja jalan dengan seksinya. Dimana ada lelaki, di situlah saya akan berbuat begitu. Kalau saya berjalan di dalam mall, saya akan berpura-pura merasa kedinginan dengan memeluk tubuh saya sendiri. Ini membuat buah dada saya seperti hendak keluar dari bra yang saya pakai. Dan membuat mata kebanyakkan lelaki tak berkedip. Tapi ada juga yang komentar saya pakai tutup rambut seperti gadis yang sopan tapi pakai luar ketat dan baju yang memperlihatkan dada. Ini model barukah? Saya tak tahu. Malas dipikirkan, yang penting saya puas.
Saya suka sekali setiap pergerakan saya diperhatikan. Tambah-tambah lagi apa yang diperhatikan itu adalah dada saya. Saya pernah tinggal dengan Liza di rumah sendirian. Saya boleh pakai baju yang seksi tanpa perlu takut dengan ibu saya. Baju kebaya untuk hari raya saya pun memperlihatkan dada saya. Itu sudah jadi tabiat saya dan juga "trademark" saya. Sekarang saya masih dengan image saya dan masih bekerja di cyber cafe kakaknya Liza. Liza kini sudah pakai tudung. Sebab dia sudah menikah dan suaminya tak suka dia pakai seksi. Begitu juga dengan kakak Liza yang kini asyik berbaju kurung. Katanya sesuai dengan usianya. Saya juga kini bukan hanya memperlihatkan dada bahkan paha pun saya perlihatkan. Sekarang ini saya suka pakai kain "labuh" yang terbelah di sisi. Saya dengan sengaja membuka bagian yang terbelah hingga hampir menampakan seluar dalam saya ketika saya duduk. Tapi saya silangkan kaki supaya orang tidak bisa melihat celah selangkangan saya. Kalau saya pakai baju kurung pun saya tetap mau kelihatan seksi. Saya akan pakai push-up bra saya. Dan di cyber cafe pula saya akan menyingkapkan kain baju kurung saya hingga menampakkan paha saya ketika saya duduk. Walaupun saya tak dapat menampakkan dada saya, tapi saya puas hati dapat menampakkan paha saya.
Saya juga selalu ke Kompleks Sukan di Ipoh untuk berenang. Saya pakai swimsuit warna merah seperti di film "Baywatch". Bagian dada sudah mestilah terlihat setengah dari buah dada saya. Selesai saya berenang, saya akan berjalan-jalan dulu di sekitar kawasan kolam renang tersebut. Saya senang melihat reaksi lelaki yang tergiur melihat saya berpakaian renang dan dalam keadaan basah. Sebab ketika basah beginilah puting buah dada saya kelihatan menonjol. Dan ketembaman di celah selangkangan saya juga turut menjadi perhatian. Dan setiap kali saya membasuh badan saya dengan handuk, saya sengaja melakukannya dengan gerak perlahan terutamanya pada buah dada saya dan celah selangkangan saya. Sampai hari ini, saya tak pernah kena sentuh. Tak ada siapa pun yang pernah mengajak saya melakukan seks atau apa-apa saja yang senonoh. Kebanyakan dari mereka hanya memuji kecantikkan buah dada saya. Buah dada saya yang padat, montok, menggoda, itulah, inilah. Tapi tidak ada satu pun yang menyentuh. Tapi yang menjadikan saya diajak orang untuk bercinta tidak ada. Tapi entahlah. Hati saya belum terbuka untuk bercinta. Dan kini tinggallah saya seorang di rumah sendirian dan bekerja di cyber cafe kakaknya Liza.
sumber