Pages
Perang pandan untuk menghormati dewa
Buat mengasah keberanian para pemuda di desa adat Tenganan, Karangasem, Bali, setiap bulan kelima penanggalan Bali, selalu digelar tradisi mekare-kare atau perang pandan. Pandan yang dipilih sebagai senjata adalah pandan raksasa, memiliki duri tajam dan biasanya ditemukan di hutan.
Usai senjata disiapkan, bunyi gamelan selodang menandai dimulainya perang pandan. Satu per satu pemuda, baik remaja ataupun anak-anak, dipertemukan di tengah arena untuk melakukan perang pandan. Mereka menggoreskan senjata pandan ke tubuh lawannya hingga menyebabkan luka gores, bahkan tak jarang sampai mengeluarkan darah. Meski terbilang cukup mengerikan, para pemuda tidak boleh marah atau menyimpan dendam.
I Wayan Yasa, tokoh desa adat setempat, menuturkan tradisi ini selalu digelar sebagai penghormatan terhadap Dewa Indra atau Dewa Perang yang sekaligus sebagai Dewa Kemakmuran. Terlebih, warga Desa Tenganan meyakini diri mereka berasal dari keturunan nenek moyang para prajurit perang [baca: Perang Pandan, Tradisi Kuno bagi Dewa Indra].
Tradisi unik ini pun mengundang para wisatawan domestik maupun mancanegara. Mereka tampak antusias mengabadikan tradisi yang digelar saban tahun ini di Pulau Dewata.(ANS)
sumber