BEBERAPA waktu lalu, dunia termasuk Indonesia mewaspadai terjadinya pandemi influenza. Ini pernah terjadi di Spanyol tahun 1918 yang merenggut hingga jutaan orang. Bayang-bayang kejadian itu begitu membekas, hingga menimbulkan kewaspadaan tersendiri.
Untungnya, walaupun terjadi pandemi, dampaknya tidak seperti 1918. Namun bukan berarti kekhawatiran padam. Pasalnya virus pembawa influenza begitu 'pandai' bermutasi. Kekhawatiran munculnya virus influenza yang lebih ganas selalu muncul. Apa yang bisa kita lakukan?
Penyakit influenza bukan penyakit asing bagi orang kebanyakan. Masyarakat pada umumnya menganggap influenza sebagai penyakit flu ringan yang dapat sembuh sendiri atau diobati dengan obat-obatan yang dijual bebas. Namun pada kelompok tertentu, dapat menimbulkan komplikasi (lihat boks).
Selain itu influenza memiliki beragam jenis dan dapat berakibat fatal bagi kematian. Masih ingat kasus flu babi (H1N1), flu burung (H5N1), dimana terkena virus ini cepat menular dan berakibat fatal.
Terlebih Indonesia dengan iklim tropis, dimana penyakit influenza terjadi sepanjang tahun dengan puncak kejadian pada musim penghujan. Setiap tahun influenza musiman menyerang kira-kira satu dari sepuluh orang dewasa dan satu dari tiga anak. Bahkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sedikitnya setiap tahun, 3-5 juta orang di dunia terjangkit virus influenza yang mengakibatkan 250.000-500.000 orang meninggal dunia.
Gambaran klinik influenza di antaranya demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorok, pilek, dan batuk. Penyembuhan pada umumnya terjadi dalam beberapa hari. Penyakit influenza dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu influenza musiman dan pandemi flu.
Influenza musiman merupakan penyakit menular yang menyerang sistem pernafasan dan disebabkan oleh virus influenza. Sedangkan flu pandemi terjadi ketika virus influenza berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah sehingga menginfeksi populasi manusia dalam jumlah besar.
"Kalau kena influenza harus di rumah, selain untuk istirahat tapi agar tidak menular," ujar Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI saat menjadi pembicara dengan tema "Awas Komplikasi Influenza Incar Kematian Anda", Sabtu (21/5).
Namun tambahnya, bukan berarti influenza bisa dianggap remeh. Walaupun seringkali bisa sembuh sendiri, tapi ternyata juga menimbulkan reaktivasi penyakit kronis.
Influenza pada level ringan dan menengah pun dapat menimbulkan masalah pada kesehatan publik dan ekonomi, karena virus influenza dapat menyebar dengan cepat sehingga telah terjadi penyebab penurunan produktivitas di tempat kerja. Dan menimbulkan dampak ekonomi, serta menimbulkan komplikasi ada kelompok tertentu. Terutama usia lanjut, anak-anak, penderita penyakit kronik, dan wanita hamil.
Merujuk pada data di Amerika Serikat, akibat influenza, sekitar 15 juta hari kerja hilang, serta biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Seperti biaya berobat, perawatan rumah sakit, dll. Kehilangan rata-rata hari kerja produktif 0,5-15 hari, kehilangan hari kerja produktif 145 dollar per hari, dan hari bekerja tetapi produktivitas menurun 30-70 persen.
"Di Indonesia tidak ada datanya. Tapi yang terlihat anak-anak akan absen dari sekolah. Kalau tetap masuk, sekelas bisa kena. Itu sudah beban untuk sekolah. Angkanya memang tidak punya. Flu berat 3 hari harus kontrol, belum baik kontrol lagi 3 hari lagi," ujar Prof Samsuridjal.
Jika kekebalan baik, influenza akan sembuh sendiri. Namun jika kekebalan menurun infeksi lain bisa terjadi. Misalnya pneumonia, selain itu juga bisa radang di jantung. "Virus influenza menstimulasi proses radang di otot jantung. Kejadian ini amat jarang tapi bisa terjadi," tambahnya.
sumber